Senin, 26 Januari 2009

Saatnya Pemerintah "Merajakan" Rakyatnya

Sebagai bangsa Indonesia, saya prihatin dengan keadaan bangsa ini. Akhir-akhir ini kita disuguhkan oleh kesulitan ekonomi yang semakin menumpuk. Yaitu kelangkaan LPG/Elpiji di berbagai daerah di Indonesia. Rakyat pun kebingungan. Bagaimana rakyat tidak kebingungan, setelah minyak tanah dicabut dari peredaran, kini rakyat pun dibuat pusing mencari bahan pengganti minyak tanah. Padahal, pemerintah telah berjanji, bahwa ditariknya minyak tanah, akan diganti dengan LPG.
Pada awalnya, rakyat menyambut baik program ini. Rakyat diberikan pemahaman bahwa minyak dunia harus dijaga, khususnya Sumber Daya Alam yang ada di Indonesia. Agar anak cucu kita tidak kehabisan minyak. Selain itu juga dijelaskan berbagai keuntungan LPG. Rakyat pun menerima.
Tapi apa yang terjadi sekarang? Setelah minyak tanah tidak ada, LPG pun langka. Lalu, para ibu harus masak dengan apa?? Sebagaian banyak yang antre minyak tanah, sebagain lagi bahkan memilih memakai kayu bakar, tapi saat ini juga tidak mudah mencari kayu bakar.
Alasan pemerintah, PERTAMINA kewalahan memenuhi permintaan yang tinggi terhadap LPG. Bukankah seharusnya PERTAMINA mengantisipasi hal ini? Karena sudah menjadi hukum sebab akibat, ketika satu barang substitusi dikurangi, otomatis barang penggantinya akan mengalami kenaikan.
Saya pikir, sudahlah cukup rakyat menderita dan menerima kesulitan ini. Sudah saatnya, pemerintah cepat bertindak untuk membahagiakan rakyatnya. Bukan untuk kepentingan pribadi.
Umar bin Khatthab sebagai seorang khalifah telah mengajarkan kita bagaimana “merajakan” rakyatnya. Ia menginspeksi keadaan warganya, memikul dan berjalan sendiri gandum, minyak samin, dan kebutuhan lainnya untuk warganya yang kelaparan.

Tidak ada komentar: