Selasa, 30 Desember 2008

Pangeran Hati, bukan Pangeran Impian

Artikel ini telah lama aku tulis di multiply ku. sampai-sampai aku lupa bahwa aku pernah menuliskannya. aku persembahkan untuk saudariku tercinta menjelang pernikahannya.


Dia pernah menunggu..sekian lama menantikan kehadirannya, hanya untuk sebuah kepastian. hatinya telah terpaut begitu dekat, walaupun tak pernah bersua. ia begitu percaya bahwa pangerannya suatu saat akan datang membawakan seikat mawar merah sebagai lambang cinta. hampir setiap malam dihiasi dengan kerinduan, bahkan sering pula tidurnya ditemani air mata. seakan hatinya tidak sanggup menahan rindu yang menggebu, diiringi berjuta gundah dan cemas. akankah ia hadir? akankah mereka bertemu? Ia berusaha menjaga hati dan cinta hanya untuknya seorang. sang pangeran yang selalu hadir dalam mimpi. walaupun hanya tinggal secarik surat lusuh, tapi itulah kenangan terakhir yang ia punya, dan akan ia simpan selamanya. begitulah tekadnya. pernah datang pangeran lain di hatinya. tapi ia tetap berusaha memegang janji nya pada diri sendiri, bukan janji pada sang pangeran. meskipun tak dapat dipungkiri, kadang kehadiran pangeran baru itu mampu mengisi kekosongan hatinya selama ini, tapi semua itu hanya sebuah pengalihan. di lubuk hatinya, "aku tetap menunggu pangeran impianku"
ternyata waktu cepat berlalu, malam berganti malam, hari berganti hari. air mata itu kian kering, semakin lama ia tak dapat merasa. kerinduan yang bertubi-tubi telah membuatnya mati rasa! seakan-akan semua rasa campur baur menjadi satu. ia pun tak dapat membedakan rindu atau benci, sayang atau sebuah keterlanjuran, menepati janji hati atau buang waktu. pikirannya kusut, hatinya suram. akhirnya ia pun sadar. pangeran impiannya tak akan pernah datang!
dalam doa ia berharap, hanya padaNya ia sandarkan harapan. Ia takkan lagi menunggu pangeran impiannya, tapi ia meminta agar diberikan pangeran hati, bukan hanya mimpi. pangeran yang bisa memberinya kebahagaiaan selamanya. dalam waktu sekejap saja, pangeran hatinya datang, membawa seikat cinta dan kesetiaan. walau tak seperti pangeran impiannya, tapi ia tahu pangeran hatinya mampu membuatnya tertawa bahagia.

for my lovely sister
Akhirnya kau temukan juga pangeran hati mu. met nikah....
5 Des 2007

Senin, 15 Desember 2008

Catatan Terakhir


-Thufail Al-Ghifari-

Terjagalah dari segala maksiat
dari segala zina dan nafsu dunia yang sesat
disatukan dalam karunia yang suci
bersama jiwa-jiwa yang selalu haus akan ibadah
dan penuh harga diri

ini bukan cerita Cinderella
bukan juga patah arang cinta buta Siti Nurbaya
Tak dapat diukur
tapi bersama Allah semua pasti akan teratur
dinyatakan dalam ketulusan dari mutiara ketakwaan yang sangat mendalam
bersemi dari pupuk akhlak yang hebat
berbuah dalam kesabaran dan ketekunan yang lebat
Tidak! ini takkan dimengerti oleh hati yang penuh dengan dusta
yang buta oleh warna warni dunia yang fana
ini hanya untuk mereka yang selalu ingin luruskan keteladanan
bagi generasi berikutnya
dan menjadi manis seperti kurma di awal rembulan yang indah
untuk selalu berjalan dalam kesetiaan dan harapan
dan hanya mau mencium atas dasar kemurnian kita berkata CINTA


Karena bukan apa, siapa dan bagaimana?
tapi luruskanlah dalam wangi surga
karena apa sebenarnya kita berani berkata cinta
hingga rambut kita memutih
hingga ajal kan datang menjemput diri ini

inilah cinta sejati
Cinta yang tak perlu kau tunggu
tapi dia tumbuh bersama doa malam yang teduh
tak tersentuh oleh mata dunia yang palsu
petunjuk yang selalu datang dari ruang para malaikat
yang sanggup melihat tak kenal pekat
tak lekang oleh zaman yang kan terus maju
takkan habis oleh waktu

karena kecantikannya tersimpan di hati
dalam pesona yang selalu menjaga jiwa
yang menjadikan dunia menjadi surga sebelum surga sebenarnya
yang membuat hidup lebih hidup dari kehidupan sebenarnya

seperti sungai yang mengalir
bening airnya pun selalu artikan keseimbangan syair
yang satukan dua perbedaan dalam satu ikatan
untuk melihat kekurangan sebagai kesempatan
dan melihat kelebihan sebagai kekuatan

Mengisi sunyi dengan kesetiaan ruang kesholehan dan kasih sayang
bagi sejarah penutup halaman terakhir
perjalanan para ksatria sastra jihad dan dakwah
tercatat dalam untaian rahmat berakhir dalam catatan terakhir yang mulia

digariskan hanya oleh ketetapan Allah SWT

Kamis, 11 Desember 2008

METAMORFOSIS

-Thufail Al Ghifari-

Menjadi KARANG-lah, meski tidak mudah
sebab ia kan menahan sengat binar mentari yang garang
sebab ia kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa
tanpa kenal hari
melawan bayu yang keras menghembus
dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan

sebab keteguhannya kan menahan hempas badai yang datang
menggerus, terus menerus
ia kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus
ia akan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad,
tanpa rasa jemu dan bosan

Menjadi POHON-lah yang tinggi menjulang
meski itu tidak mudah
sebab ia kan tatap tegar bara mentari
yang terus menyala di setiap siangnya
sebab ia kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar
ia kan terus menjejaki bumi hadapi gemuruh sang petir

sebab ia hujamkan akar yang kuat menopang
untuk menahan gempita hujan yang coba merubuhkan
dan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengeyangi
sebab ia kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung
yang singgah di dahannya
lalu berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya

Menjadi PAUS-lah, meski itu juga tidak mudah
sebab dengan sedikit kecipaknya ia akan menggetarkan ujung samudera
sebab besar tubuhnya menakutkan musuh yang coba mengganggu
sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya

Menjadi MELATI-lah, meski tampak tak bermakna
sebab ia kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan
ia begitu putih seolah tanpa cacat
sebab ia tak takut hadapi angin dan hujan dengan mungil tubuhnya
ia tak pernah iri melihat mawar yang segar merekah
dan tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi
ia tak pernah dengki dan rendah hati
pada keanggunan anggrek dan tulip yang berwarna-warni

Menjadi ELANG-lah dengan segala kejantanannya
meski itu juga tidak mudah
sebab ia melayang tinggi menembus birungya langit
melanglang buana taklukan medannya
sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru
ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh
menukik tajam mencengkeram mangsa
dan kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya
bersama kepak sayap yang membentang gagah

Menjadi KUPU-KUPU-lah, meski itu juga tak mudah
sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini
ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan
dan belajar lebih banyak berdiam
untuk menunggu waktu yang tepat tentang keindahan
sebab ia bersembungi menahan diri dari segala yang menyenangkan
hibgga tiba saat untuk keluar dan bagikan kebaikan

Senin, 01 Desember 2008

Asih




Senin, 17 November 2008

Si Tukang Kayu dan Rumahnya

Seorang tukang kayu tua bermaksud pensiun dari pekerjaannya di sebuah perusahaan konstruksi real estate. Ia menyampaikan keinginannya tersebut pada pemilik perusahaan. Tentu saja, karena tak bekerja, ia akan kehilangan penghasilan bulanannya, tetapi keputusan itu sudah bulat. Ia merasa lelah. Ia ingin beristirahat dan menikmati sisa hari tuanya dengan penuh kedamaian bersama istri dan keluarganya.

Pemilik perusahaan merasa sedih kehilangan salah seorang pekerja terbaiknya. Ia lalu memohon pada tukang kayu tersebut untuk membuatkan sebuah rumah untuk dirinya.

Tukang kayu mengangguk menyetujui permohonan pribadi pemilik perusahaan itu. Tapi, sebenarnya ia merasa terpaksa. Ia ingin segera berhenti. Hatinya tidak sepenuhnya dicurahkan. Dengan ogah-ogahan ia mengerjakan proyek itu. Ia cuma menggunakan bahan-bahan sekedarnya. Akhirnya selesailah rumah yang diminta. Hasilnya bukanlah sebuah rumah baik. Sungguh sayang ia harus mengakhiri kariernya dengan prestasi yang tidak begitu mengagumkan.

Ketika pemilik perusahaan itu datang melihat rumah yang dimintanya, ia menyerahkan sebuah kunci rumah pada si tukang kayu. “Ini adalah rumahmu, ” katanya, “hadiah dari kami.”

Betapa terkejutnya si tukang kayu. Betapa malu dan menyesalnya. Seandainya saja ia mengetahui bahwa ia sesungguhnya mengerjakan rumah untuk dirinya sendiri, ia tentu akan mengerjakannya dengan cara yang lain sama sekali. Kini ia harus tinggal di sebuah rumah yang tak terlalu bagus hasil karyanya sendiri.

Itulah yang terjadi pada kehidupan kita. Kadangkala, banyak dari kita yang membangun kehidupan dengan cara yang membingungkan. Lebih memilih berusaha ala kadarnya ketimbang mengupayakan yang baik. Bahkan, pada bagian-bagian terpenting dalam hidup kita tidak memberikan yang terbaik. Pada akhir perjalanan kita terkejut saat melihat apa yang telah kita lakukan dan menemukan diri kita hidup di dalam sebuah rumah yang kita ciptakan sendiri. Seandainya kita menyadarinya sejak semula kita akan menjalani hidup ini dengan cara yang jauh berbeda.

Renungkan bahwa kita adalah si tukang kayu. Renungkan rumah yang sedang kita bangun. Setiap hari kita memukul paku, memasang papan, mendirikan dinding dan atap. Mari kita selesaikan rumah kita dengan sebaik-baiknya seolah-olah hanya mengerjakannya sekali saja dalam seumur hidup. Biarpun kita hanya hidup satu hari, maka dalam satu hari itu kita pantas untuk hidup penuh keagungan dan kejayaan.

Apa yang bisa diterangkan lebih jelas lagi. Hidup kita esok adalah akibat sikap dan pilihan yang kita perbuat hari ini. Hari perhitungan adalah milik Tuhan, bukan kita, karenanya pastikan kita pun akan masuk dalam barisan kemenangan.

Pojok Renungan:
“Hidup adalah proyek yang kau kerjakan sendiri.” (Adapted from The Builder -Cecilia Attal)

Dikirim dari Pemimpin Redaksi Majalah Al-Mujtama', Hepi Andi
Website: www.al-mujtama.com.
"Jazakallahu Pak..."

Lewat Semesta

satu kata bertulis cinta
telah merasuki ku
tak berwujud tak tersentuh
hanya ku rasa

dan jika wujud yang menjelma
pada sebentuk hati
bukankah itu amanah dari yang kuasa
menjaganya, menjaganya
wahai insan yang di sana
mungkin saja ini kau dengar
melewati semesta ini
aku sampaikan

begitu ingin berbagi bagi
mendengarkan hasrat di jiwa
oh Tuhan..... pertemukan aku
sebelum hatinya beku
By. Randy
Lagu cinta pop melankolis. tapi lirik nya sangat.....religi

Fuiiih....*&%#@!

Masya Allah.....

Hari ini sangat sibuk. pukul segini (17.30) belum juga beranjak pulang. masih ada pekerjaan yang harus kuselesaikan. hhmmm, kayanya akan aku jadikan PR aja. dan besok, harus segera dikumpulkan. karena akan diperiksa Pak Guru.
baru terasa, lelah...

Pengen pulaaaangg!

Kamis, 13 November 2008

Ku Bertanya

Haruskah pergi melintasi hati sendiri?
Perlukah kembali lagi?
jika angin tak membawanya lagi
haruskah tetap di sini?

beribu senyum tak berarti
berderai air mata tak kuasa
berjuta harap
menjatuhkan ku ke lubang gelap

cahaya itu jauh terpancar
tak mampu ku gapai
meski jauh,
semoga mampu menyinari
sudut hati

Kamis, 06 November 2008

Menulis Sebagai Terapi

Selalu ada hikmah di balik tiap kejadian. cinta, benci, sayang, marah, senang, sedih, haru, pilu, sakit, rindu, kecewa, kapala pusing, badan pegal-pegal, perut mual (itu sih masuk angin kalee. hehehe) semuanya.....semua peristiwa, semua rasa. terkadang hikmah itu teramat halus, hampir tak terlihat. tapi, jika kita mau merenung dan mencarinya, pasti akan kita temukan. dan dengan rasa syukur....aaah...alhamdulillah kita lega menemukannya.

beberapa minggu belakangan ini, banyak sekali yang kurasa, campur aduk, jadi satu. kalau gado-gado, dicampur jadi enak. tapi kalau hati?? fuuuiih, susah ngungkapinnya. rasanya ingin teriak saja di atas atap rumah, setelah itu pergi ke rumah tetangga sambil membawa seloyang kue, kemudian meminta maaf karena telah mengganggu tidur nyenyak mereka. dan berharap setelah kue mereka makan, campur aduk di hatiku itu akan lenyap. segala masalah akan langsung ketemu solusinya. hehehe...mungkinkah?? bukannya mengurangi beban, bisa-bisa diprotes warga sekampung dan dianggap “kurang sehat”

jangankan teriak, sekadar cerita dengan orang terdekat saja kadang-kadang sulit. bahkan dengan orang-orang yang kita percaya sekalipun. ada kekhawatiran justru membebani pikiran mereka. meskipun sebenarnya belum tentu begitu. karena orang-orang yang sayang dengan tulus kepada kita, akan selalu ada untuk kita. tapi, kita harus mengerti orang lain kan? tidak mungkin kita curhat kepada orang lain ketika orang itu justru sedang punya banyak masalah. di mana empati kita??

Hingga satu waktu, ku ingat sebuah kalimat dari Mba Asma Nadia. Dalam bukunya "catatan hati seorang istri"*, ia menasihati untuk semua perempuan "menulislah!. semoga dengan tulisan itu, mampu menjadi terapi bagi hati hati yang terluka, sakit, sedih, putus asa. selain bisa juga menorehkan prasasti kebahagiaan yang tak terlupa." ku baca kembali buku itu, di halaman depannya, terdapat tanda tangan penulisnya. beserta sebuah pesan, "Nulis Yuk Nia!"

dari situ, buku diary yang jarang terisi, kini mulai penuh terisi. diary yang dulu ku tulis ketika ada hal-hal penting saja. sekarang, hampir setiap hari, tepatnya setiap malam aku menulis apa saja yang aku rasa. sebelum tidur, baca buku dulu, dilanjutkan dengan menulis diary dan baca doa tidur deh...., feminim sekali ya? hehehe.

aku jadi punya dua diary. diary elektronik (alias blog ini) dan diary klasik berwarna merah jambu pemberian seorang sahabat yang wangi ketika kita cium lembarannya. ada perbedaan mendasar mengenai isi antara diary elektronik ini dengan diary klasik ku. kalo diary elektronik, aku bisa menulis apa saja yang aku mau. hari-hariku, pengalamanku, tausyiah, apapun. tapi....tidak terlalu pribadi. sedangkan diary klasikku, hal-hal yang sangaat pribadi dan confidential ada di situ. cuma aku yang tahu. yang lain?? no way! (ups, tapi hati-hati meletakkannya, kalo gak hati-hati bisa dibaca orang!)

Alhamdulillah, menulis memang bisa menjadi terapi penyembuh yang cukup efektif buat ku. ya,,,minimal aku bisa mencurahkan segala isi hatiku di situ. di saat kita tak tahu harus kemana mengadu.

akhirnya jalan terakhir melepas segala gundah gulana, kesedihan, kegembiraan, keharuan, dkk nya yaitu bercerita pada-Nya. Dia akan selalu mendengarkan. segala kesedihan, kemarahan, kelemahan kita...hanya pada Nya kita berserah, berpasrah. ketika jalan buntu, ketika kaki sudah tak mampu menapak, ketika air mata tak henti mengering, ketika semua tak ada. hanya Dia....
tak ada yang lain yang pantas kita harapkan. Hanya Dia...yang selalu ada...

NB:* Nama blog ini, catatan hati, hampir sama dengan judul bukunya Mba Asma. tapi,,,bukan aku yang jiplak loh. asli....! blog ini duluan yang terbit, setelah itu baru bukunya Mba Asma. Atau...jangan-jangan..Mba Asma yang terinspirasi dari blog ku?? hehehe..sorry Mba, becanda...:)

Rabu, 05 November 2008

Kepemimpinan si Gadis Kecil

Kemarin, 5 November 2008 sepulang dari kantor, seperti biasa aku naik mikrolet menuju rumah tercinta, Kebon Jeruk. sampai di pasar Palmerah, dua ibu naik beserta 1 gadis kecilnya, kira-kira berusia 8 tahun.

di dalam mikrolet, suasana menjadi ramai, dua ibu tadi berbicara keras, marah-marah. mereka masing-masing mengeluarkan segala unek-unek mereka. dari pembicaraan yang aku dengar. pasalnya kekesalan mereka bermula ketika turun dari kereta api. salah seorang dari mereka yang dipanggil mami menyerahkan tiketnya kepada seorang penumpang.

"Gue kasihan sama tuh orang, kereta udah mau jalan tapi dia belum sempat beli tiket, ya gue kasih aja tiket gue." dia menjelaskan. si gadis kecil berambut panjang kemerahan meletakkan telapak tangan kanannya ke dada si mami. "sabar mi, sabar ya" tangannya tetap menepuk-nepuk halus dada si mami.

"lagi pula, waktu gue sodorin tiket gue di kereta, petugasnya malah gak ambil. ya udah gue pikir gak perlu pake dikasih ke petugasnya lagi. eh...pas turun dari kereta tiket gue diminta, gue bilang, gue udah kasih ke orang lain. lagian waktu gue sodorin tuh petugas gak mau." tambahnya
"gue diseret-seret kaya maling, emang gue penjahat apa?" tambahnya makin emosi. si gadis kecil kembali menepuk-nepuk lengan si mami dan berbisik "sabar mi, udah sabar..."

"iya, kan gue udah bilang, "pak dia gak tahu caranya naik kereta ekonomi, biasanya naik kereta jauh. akhirnya tuh bapak agak ngerti juga. tapi tetap harus bayar tiga kali lipat kan?" si mama menimpali

" yah lumayan lah, dari pada 10 kali lipat" si mama menimpali lagi

"kesel gue, mungkin karena dia lihat gue orang china kali. biar pun china, tapi suami gue kerja di pemda!" gadis kecil kembali menepuk-nepuk halus dada si mami. sembari berkata "sudah mam, sabar...sabar..." si mami tidak memperhatikan gadis kecilnya.

seketika suasana kembali henig, mungkin karena lelah berkoar-koar di mikrolet. aku perkirakan, semua penumpang pasti mendengarkan cerita mereka. meskipun pura-pura acuh.
si Gadis kecil melongokkan kepalanya lewat jendela, pandangannya kosong melihat-lihat sekitar jalan. sambil mengedepankan telapak tangannya seperti hendak menyetop mobil, tiba-tiba dia berkata, "mama, udah ya mama jangan ngomong lagi. sekarang mami sudah tenang"

Yang ingin saya sampaikan di sini, bukan konflik yang terjadi di mikrolet. tapi, yang menarik perhatian saya adalah sikap si gadis kecil untuk menenangkan situasi. usianya baru sekitar 8 atau 9 tahun. gayanya pun masih seperti anak kecil. tapi, di balik raganya yang masih kecil itu, dia memiliki jiwa kepemimpinan.

jiwa kepemimpinan bisa didapat dari banyak faktor. bisa dari genetik, lingkungan, ataupun dengan belajar. saya sangka, jiwa kepemimpinan yang dia miliki berasal dari faktor genetik. bagaimana cara dia menenangkan situasi, cari dia yang bicara halus ketika menasihati maminya, dan juga cara bicaranya yang tegas ketika memperingatkan seseorang. dan yang tak kalah menariknya ialah bagaimana ia mampu secara efektif menggunakan bahasa tubuhnya, gerakan tangannya, tatapan mata yang lembut ketika menasihati, tatapan mata yang tajam ketika memperingatkan orang lain, bagiku itu sangat menarik. aku jadi membayangkan bagaimana kiranya si gadis kecil itu 20 tahun yang akan datang. mungkin saat itu dia telah memimpin satu departemen tempat dia bekerja, atau menjadi bos dari usaha yang ia geluti.

semoga saja orang-orang di sekitarnya, khususnya orang tua, sadar dan mengetahui kelebihan yang dimiliki si gadis kecil itu. untuk kemudian mampu mengarahkan bakat tersebut agar berkembang dan bermanfaat untuk lingkungannya. tentunya, bukan hanya bakat kepemimpinan yang dikembangkan, tapi juga kompetensi-kompetensi yang lain. dan yang tidak kalah penting, akhlaq, yang harus dibina sedari kecil.

7 November 2008

12.10 WIB

Selasa, 04 November 2008

Hilang (Episode 2)

Apakah setelah menikah kita harus meninggalkan sahabat-sahabat kita??

Aku mengerti, sepenuhnya paham. setelah menikah, suami kita lah orang nomor 1 di hati dan di hidup kita, bahkan melebihi orang tua kita sendiri. orang tua nomor 2 setelah suami/istri.
Apalagi orang lain seperti aku??
aku hanya merasa kehilangan....
satu persatu sahabatku permisi meninggalkanku. aku bahagia dengan kebahagiaan mereka. bertemu dengan belahan jiwa dan menjadi pendamping hidup, selamanya.

sahabat, dulu kita pernah sangat dekat...sangat...
lalu kau menikah, aku bahagia....

tapi, semakin lama kau semakin menjauh dariku
sekarang, kau memang telah mendapatkan orang yang lebih baik dariku
seseorang yang selalu berada di sampingku
seseorang yang selalu mendengar keluh kesah mu
seseorang yang akan menghapus air matamu
mengecup mata mu

tidakkah kau merindukan ku?
seseorang yang masih menganggapmu sebagai sahabat
kita pernah menangis bersama
tertawa bersama, semangat melewati hari
hhh...hhhh

aku merindukanmu

sekadar menanyakan kabarku di sini,,,
sulitkah??

Minggu, 02 November 2008

Hilang (episode 1)

Aku merasa kehilangan sahabat. satu persatu, secara halus, mereka pergi meninggalkanku. sebenarnya mereka tidak pergi meninggalkanku. tetapi, mereka pergi untuk menjelajahi kehidupan mereka yang baru. dan aku, merasa sendiri.

"Ni" dan "No"

dulu, kami pernah begitu akrab. kemana ada aku, pasti ada dia. masa-masa SMA itu merupakan masa terindah bagi kami. segala kegiatan sekolah kami ikuti, mulai dari ROHIS, PASKIBRA, pengajian, belajar bersama. kami sering curhat. menceritakan tentang banyak hal. berdiskusi. ia sering kali menasihati ku jika ada hal-hal yang tak pantas aku lakukan. ia sudah ku anggap sebagai kk ku sendiri. tapi, kemana dia sekarang??

hubungan kami mulai renggang ketika kuliah. meskipun satu kampus, tapi kami beda fakultas. kegiatan kuliah, aktivitas di kampus, membuat komunikasi semkin terbatas. tapi, hatiku tetap dekat dengannya. semoga dia juga merasakan hal yang sama.

terlebih lagi setelah aku lulus kuliah dan bekerja. sangat jarang bersua. beberapa kali aku sms. tapi tak ada balasan. kemana kah kau sahabat? bahkan lebaran kemarin, sms ku juga tak berbalas. 2 November 2008, ulang tahunmu ke 24. kuucapkan seuntai doa indah untukmu.

sahabatku sayang, saudariku tercinta...
bagaimana kabarmu?
lupakah kau akan persahabatan kita?
tidakkah kau merindukanku?
jika kau membaca tulisan ini, ingin kusampaikan
aku merasa kehilangan dirimu
aku merindukanmu

mungkin, ada luka yang tergores di hatimu oleh salahku
mungkin, aku bukan sahabat yang baik untukmu
mungkin, aku tak pernah hadir ketika kau membutuhkanku
mungkin....

maafkan aku....
meskipun ku tak tahu bagaimana keadaanmu saat ini
kau tetap di hatiku....

Jumat, 24 Oktober 2008

Catatan Hati

Aku ingin menulis. mengurai semua yang ku alami, ku rasa. yang tak pernah mampu kuucap. tapi, kenapa rasanya amat sulit? mengungkap yang terdalam. menyelami dasar hati, dan jujur terhadapnya.
huuuh!

mungkin syair ini cukup mewakili semua hal yang tak bisa ku ungkap.

Telah kutinggalkan cemburu
di sudut kamar gelap
telah kuhanyutkan duka
pada sungai kecil yang mengalir dari mataku

telah kukabarkan lewat angin gerimis
tentang segala catatan hati
yang terhampar di tiap jengkal sajadah
dalam tahajud dan sujud panjangku

Kamis, 23 Oktober 2008

Hanya Hamba Allah

Hidup di dunia, hanya sebentar saja
bila duka, bila tawa
semoga hati kembali padaNya

waktu yang berlari
takkan pernah bisa kembali lagi
bila perih, bila sedih
air mata bukan segalanya

Hanya hamba Allah
yang selalu berserah
Hanya hamba Allah
yang selalu berpasrah
karena segalanya bergantung padaNya
Hanya pada Dia, semua bermuara

detik waktu kan berlalu
suka duka kan berlalu
tiadalah semua abadi
tangis, tawa, air mata
semua kan berlalu dan pergi

hanya pada Allah
hati kan berserah
hanya pada Allah
jiwa kan berpasrah
karena segalanya, bergantung padaNya
hanya pada Dia, semua bermuara

-Opick-

Senin, 13 Oktober 2008

Cinta Tak Harus Memiliki


Cinta tak harus memiliki. ungkapan yang sangat populer dan kadang teramat klise untuk didengar. tapi, itulah kenyataan. banyak yang merasakannya, meskipun kadang sulit, pahit dan perih untuk menerimanya. seperti kisah Umar bin Abdul Aziz ini.


Perempuan oh perempuan! Pengalaman batin para pahlawan dengan mereka
ternyata jauh lebih rumit dari yang kita bayangkan. Apa yang terjadi,
misalnya, jika kenangan cinta hadir kembali di jalan pertaubatan
seorang pahlawan? Keagungan!

Itulah, misalnya, pengalaman batin Umar bin Abdul Aziz. Sebenarnya
Umar seorang ulama, bahkan seorang mujtahid. Tapi ia besar di lingkungan istana Bani Umayyah, hidup dengan gaya hidup mereka, bukan
gaya hidup seorang ulama. Ia bahkan menjadi trendsetter di lingkungan

keluarga kerajaan. Shalat jamaah kadang ditunda karena ia masih sedang menyisir rambutnya.

Tapi begitu ia menjadi khalifah, tiba-tiba kesadaran spiritualnya justru tumbuh mendadak pada detik inagurasinya. Ia pun bertaubat.
Sejak itu ia bertekad untuk berubah dan merubah dinasti Bani Umayyah.
"Aku takut pada neraka," katanya menjelaskan rahasia perubahan itu
kepada seorang ulama terbesar zamannya, pionir kodifikasi hadits, yang
duduk di sampingnya, Al-Zuhri.

Ia memulai perubahan besar itu dari dalam dirinya sendiri, isteri,
anak-anaknya, keluarga kerajaan, hingga seluruh rakyatnya. Kerja keras
tu membuahkan hasil; walaupun hanya memerintah dalam waktu 2 tahun 5
bulan, tapi ia berhasil menggelar keadilan, kemakmuran dan kejayaan
serta nuansa kehidupan zaman Khulafa' Rasyidin. Maka ia pun digelari
Khalifah Rasyidin Kelima.


Tapi itu ada harganya. Fisiknya segera anjlok. Saat itulah isterinya
datang membawa kejutan besar; menghadiahkan seorang gadis kepada
suaminya untuk dinikahinya (lagi). Ironis, karena Umar sudah lama
mencintai, menyayangi dan sangat menginginkan gadis itu, juga
sebaliknya. Dulu, isterinya, Fatimah, tidak pernah mengizinkannya; atas
nama cinta dan cemburu. Sekarang, justru sang isterilah yang
membawanya sebagai hadiah. Fatimah hanya ingin memberikan dukungan
moril kepada suaminya.

Itu saat terindah dalam hidup Umar, sekaligus saat paling mengharu
biru. Kenangan romantika sebelum saat perubahan bangkit kembali, dan
menyalakan api cinta yang dulu pernah membakar segenap jiwanya. Tapi
saat cinta ini hadir di jalan pertaubatannya, ketika cita-cita
perubahannya belum selesai. Cinta dan cita bertemu atau bertarung,
disini, di pelataran hati Sang Khalifah, Sang Pembaru.

Apa yang salah kalau Umar menikahi gadis itu? Tidak ada! Tapi, "Tidak!
Ini tidak boleh terjadi. Saya benar-benar tidak merubah diri saya
kalau saya masih harus kembali ke dunia perasaan semacam ini," kata
Umar. Cinta yang terbelah dan tersublimasi di antara kesadaran
psiko-spiritual, berujung dengan keagungan; Umar memenangkan cinta
yang lain, karena memang ada cinta di atas cinta! Akhirnya ia
menikahkan gadis itu dengan pemuda lain.

Tidak ada cinta yang mati disini. Karena sebelum meninggalkan rumah
Umar, gadis itu bertanya dengan sendu, "Umar, dulu kamu pernah sangat
mencintaiku. Tapi kemanakah cinta itu sekarang?" Umar bergetar haru,
tapi ia kemudian menjawab, "Cinta itu masih tetap ada, bahkan kini
rasanya jauh lebih dalam, tapi ada cinta di atas cinta ku padamu,

cinta yang tak tergantikan, dari seorang hamba kepada Rabb nya!"

Selasa, 22 Juli 2008

Fokus!

Lagi seneng jeprat jepret kamera
thanks buat Mas Syaiful, reporter+Fotografer Al-Mujtama' (kuliah fotografi 2 sks nya udah selesai ya...?heheheh)


By. Nia
21 Juli 2008

Perhatikan Bedanya! Anggrek Kantor Tetangga





Can you find the differences??

BY. Nia

21 Juli 2008. 17.00 WIB

Minggu, 20 Juli 2008

Jangan Jadi Gelas, Jadilah Danau

Seorang Syaikh mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya
belakangan ini selalu tampak murung.

“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di
dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu? ” sang Syaikh bertanya.

“Syaikh, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk
tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya, ” jawab sang
murid muda.

Syaikh terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam.
Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan
Syaikhnya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana
yang diminta.

“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata
Syaikh. “Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air
asin.

“Bagaimana rasanya?” tanya Syaikh.

“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih
meringis.

Syaikh terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis
keasinan.

“Sekarang kau ikut aku.” Syaikh membawa muridnya ke danau di dekat
tempat mereka. “Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau.”
Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa
bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa
asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah
di hadapan mursyid, begitu pikirnya.

“Sekarang, coba kau minum air danau itu,” kata Syaikh sambil
mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir
danau.

Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air danau, dan
membawanya ke mulutnya lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin
dan segar mengalir di tenggorokannya, Syaikh bertanya
kepadanya, “Bagaimana rasanya?”

“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan
punggung tangannya. Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber
air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah.
Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang
tersisa di mulutnya.

“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?”

“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan
meminumnya lagi. Syaikh hanya tersenyum memperhatikannya,
membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

“Nak,” kata Syaikh setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah
dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih.
Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus
kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai
untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang
dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun
demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang
bebas dari penderitaan dan masalah.”

Si murid terdiam, mendengarkan.

“Tapi Nak, rasa `asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat
tergantung dari besarnya ‘qalbu’(hati) yang menampungnya. Jadi Nak,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan qalbu
dalam dadamu itu jadi sebesar danau.”

Jumat, 27 Juni 2008

Who Are They...?!


Foto ini dishoot oleh fotografer Sabili, Arief Kamaludin

Selasa, 24 Juni 2008

Pengharapan

Ya Allah...Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan menjadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi

Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan......
Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku
Dan peliharalah aku dari kekecewaan

Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya
Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....
Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini
Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh
Amin... Ya Rabbal 'Alamin

The New World

Sepanjang jalan, ku lihat kanan kiri. tidak sejajar dengan pandangan mata, tapi agak mendongak ke atas. dulu, aku bukanlah orang yang senang cuci mata, ke sana kemari, lihat ini itu di jalan. apalagi yang kulihat benda-benda mati. aku lebih suka melihat peristiwa, kegiatan orang-orang, hewan-hewan yang berkeliaran, dan segala macam yang hidup. tapi sekarang, ternyata fokus pengamatanku berbeda. yang sering kulihat sekarang adalah gedung-gedung perkantoran, mulai dari yang tertinggi sampai-sampai kepalaku tak bisa mendongak karena terlalu tinggi sampai pada perkantoran yang tidak seperti kantor. ruko-ruko mulai dari yang kinclong sampai yang tak terawat. papan billboard yang hampir mencapai awan-awan. spanduk, mulai dari spanduk partai yang cari muka, sampai spanduk demo yang gak jelas tuntutannya. semuanya...aku perhatikan. tujuan ku cuma satu, apakah yang kulihat itu bisa jadi target iklan di media tempat ku bekerja atau tidak...yup, hanya itu.
pindah kerja, dunia baru, pengetahuan baru, cara pandang yang lebih luas, bertambah pengalaman, semuanya...

semoga bisa lebih baik!

Jumat, 13 Juni 2008

Karena Hidup....



Tidak semua orang harus tahu apa yang terjadi. tidak semua orang harus mengerti apa yang kita hadapi. tidak semua orang harus menerima apa yang kita lakukan.

Kita tidak mungkin bisa menyenangkan semua pihak. tak mungkin bisa menyamaratakan semua pandangan . karena kita tak perlu untuk itu.

karena hidup, bukan untuk orang lain. karena hidup, bukan untuk mencari persetujuan semua pihak. karena hidup, terlalu berharga hanya untuk melihat penilaian makhluk. karena hidup, terlalu indah untuk ditangisi. karena hidup, terlalu berharga hanya untuk menengok ke belakang.


karena hidupku, hanya untuk-Mu.

Selalu Ada

Kita Tak Pernah Sendiri
Selalu Ada Yang Menemani
Rasakanlah di hati
Dialah Illahi Robbi


Minggu, 04 Mei 2008

Damai


Kampung Parakan Salak, Sukabumi. Teduh...

Seakan Menemani

Foto ini diambil waktu raker Sabili di Sukabumi 30 April 2008. sewaktu matahari sepenggalah. coba jeprat-jepret kamera, hasilnya...hm...lumayan juga untuk amatiran.

Senin, 07 April 2008

Do'a Untuk Sahabat Terkasih

Sahabat,
Izinkan saya berdoa untuk mu
dengan hati yang tulus,
semoga doa ini cukup didengar bagi Sang Khaliq
dan memberikan kemudahan dalam hidup kita

Ya Alloh yang memudahkan semua kesulitan,
Ya Alloh yang mengumpulkan segala yang berpisah,
Ya Alloh yang menjadi sahabat bagi setiap orang yang kesepian,
Ya Alloh yang mencukupi kebutuhan bagi setiap orang yang kekurangan,
Ya Alloh, Pemberi kekuatan kepada si lemah,
Ya Alloh yang memberikan rasa aman bagi setiap orang yang dilanda ketakutan,

Berilah kemudahan pada kami
atas segala kesulitan-kesulitan kami,
karena menghilangkan kesulitan itu mudah saja bagi Mu ya Alloh.
Amin.. Ya Robbal 'alamin...

Jumat, 28 Maret 2008

Mencoba Berteori, tentang Anak dan Orang Tua

Sudah pernah nonton "Nanny 911"? Acara ini tayang di Metro TV setiap hari Sabtu pukul 16.00. setiap episodenya menampilkan sebuah keluarga di Amerika yang memiliki problem keluarga, khususnya tentang anak-anak mereka yang nakal dan sulit diatur. dalam setiap episodenya tergambar betapa anak-anak mereka sangat sulit diatur, bertengkar sesama saudara, saling membentak, saling berteriak, lari ke sana ke mari, meloncat dari bangku ke lantai, meloncat-loncat di atas tempat tidur, memukul adiknya sendiri, sampai pada meludahi orang tua mereka. jumlah anak mereka rata-rata lebih dari 3 orang. bisa dibayangkan bagaimana di situ terlihat betapa sulitnya mendidik anak sesuai dengan keinginan kita. sehingga situasi rumah sangat tidak nyaman. seorang Ibu yang berjuang mengurus dan mendidik anak-anaknya, juga harus menyelesaikan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. seperti memasak, mencuci, menyetrika baju, bersih-bersih, dan setumpuk pekerjaan yang lain. ada kalanya, anak tidak mau mengerti dan tidak mendengar apa yang dikatakan orang tua, melawan, bandel. bagi saya itu biasa, karena mereka adalah anak-anak. karena yang lebih parah justru adalah orang tua yang tidak mau mendengarkan anaknya. orang tua merasa lebih baik, lebih pintar, sehingga tidak perlu mendengarkan pendapat anaknya, tidak perlu memperhatikan keinginan dan harapan sang anak.
Dalam banyak kasus yang dihadapi, sebagian besar masalah orang tua anak bersumber dari komunikasi. orang tua sering kali tidak mau mendengarkan anaknya. mereka sebatas mendengar (jelas beda, makna mendengarkan dengan mendengar. tau kan bedanya?)

karena itu, ada beberapa prinsip penting dalam menghadapi anak-anak:

1. ketika anak sedang menangis, biarkanlah ia menangis dan tenang terlebih dulu.

2. setelah tenang, tanyalah mengapa ia menangis, dan apa yang ia inginkan. yang penting, dalam menyampaikannya orang tua harus lebih tenang dalam bicara. jangan sambil marah-marah.

3. dengarkanlah anak-anak anda dengan baik. lakukan kontak mata, tataplah matanya

4. tanyakan bagaimana perasaannya, bicaralah dari hati ke hati

5. setelah itu, baru berikan penjelasan tentang apa yang orang tua inginkan. berikan penjelasan yang mudah dipahami anak-anak

6. jika tidak ada penyelesaian, maka carilah jalan tengah yang saling menguntungkan.

7. hal lain yang lebih penting adalah buatlah peraturan keluarga yang disepakati oleh seluruh anggota keluarga. dalam hal ini orang tua harus disiplin melaksanakan aturan yang ada.

8. terapkan juga sistem punish and reward terhadap perilaku anak.

9. jangan segan-segan memuji keberhasilan anak, sekecil apapun prestasi yang ia buat

10. Hal yang tidak kalah penting adalah antara Ayah-Ibu harus saling menghargai dan kompak dalam menjalankan rumah tangga. jangan menunjukan perbedaan pendapat yang besar di depan anak. jika memang beda pendapat, hal itu bisa dibicarakan berdua. tidak di depan sang anak. karena jika anak melihat orang tua tidak saling menghargai dan tidak kompak, maka anak akan mengalami kebingungan dalam bersikap dan tidak akan menghormati apa yang kita tetapkan.

11. suami tidak boleh perpikir sedikit pun, bahwa anak hanyalah urusan istri. karena mengurus anak adalah tanggung jawab bersama, bahkan suamilah pembimbing keluarga, mau dibawa kemana keluarga. dialah pemimpin. karena itu visi-misi keluarga haruslah telah disepakati dari awal pernikahan. jangan segan-segan membantu istri dalam pekerjaan rumah tangganya ataupun dalam mengurus anak.

12. ucapkan cinta. dengan mengucapkan kata cinta, akan melembutkan hati. tentunya diucapkan dengan ketulusan.


Itulah sedikit dari banyak hal-hal penting dalam berkomunikasi dengan anak. diintisarikan dari Nanny 911.

(hm, semoga aku juga bisa menerapkannya kepada anakku nanti, insyaallah. mudah-mudahan berhasil. amiin)


7 April 2008

15.30 WIB

Selasa, 25 Maret 2008

Jalan Cinta, Takdir Cinta

Jika cinta memang harus terbagi, mungkin hanya doa yang akan menguatkan hati. agar cinta tetap utuh dan suci, agar semua rasa itu tak sia-sia.


*Jalan Cinta

Semua resah hati manusiamu
Untuk membagi kisah atas nama cinta
Derai air mata di setiap sujudmu
seperti tak pernah cukup untuk menjagaku
Jangan butakan hati menjadi cinta yang semu....oo...
Cinta yang semu

Kau hembuskan ayat-ayat cinta untukku
Di sela doa dalam malam-malam yang sunyi
Ampun yang engkau pinta dalam semua keraguan
yg tlah meliputi jiwamu
Semoga akan membawa cintamu
Pada diriku dalam jalan dan ridho-Nya
Jangan butakan hati menjadi cinta yang semu...oo...
Cinta yang semu

Kau hembuskan ayat-ayat cinta untukku
Di tengah terik matahari dan dinginnya malam
Kau panjatkan ayat-ayat cinta pada-Nya
Melindungi dan menjaga kisah cinta kita...

**Takdir Cinta

Kututup mataku
dari semua pandanganku
bila melihat matamu
kuyakin ada cinta
ketulusan hati yang mengalir lembut

pengusa alam
tolonglah pegangi aku
biar ku tak jatuh
pada sumur dosa yang terkutuk
dan menyesatkan cintaku

andaikan ku bisa
lebih adil pada cinta kau dan dia
aku bukan nabi yang bisa sempurna
ku tak luput dari dosa

biarlah ku hidup seperti ini
takdir cinta harus begini
ada kau dan dia bukan ku yang mau
oh Tuhan tuntunlah hatiku

(Soundtrack Film Ayat-Ayat Cinta)
*Sherina
**Rossa

Rabu, 12 Maret 2008

1 laki-laki 2 wanita, 1 wanita 2 laki-laki

1 laki-laki 2 wanita

laki-laki itu termenung, matanya menerawang jauh ke langit sana. entah harus bagaimana memutuskan. mencintai 2 orang, tak mau meninggalkan mereka, tak mau berpisah, tak mau menyakiti salah satunya. sementara keduanya tak mau disatukan. keduanya sama-sama mencintai dengan kadar yang sama, keduanya menginginkan sang lelaki. "dia miliku", "tidak dia milikku", "dia lebih membutuhkanku", "tidak, dia lebih bahagia bersamaku"

lelaki itu hanya terdiam, tak berkata hanya hatinya bicara, "aku menginginkan keduanya". tapi, di balik asa itu, ia bertanya balik "sanggupkah aku bertahan untuk keduanya, adilkah?" kali ini ia menunduk, bahunya melorot. merasa tak punya daya, tak kuasa. lemah. . kasihan dia. mencintai, dicintai, tapi tak bahagia. sementara di sudut matanya ada titik-titik air yang mendesak-desak keluar. ia bicara pada hatinya, "aku mencintai keduanya biarlah hati mereka bersamaku, meski mereka tak pernah mau bersama". sesaat setelah itu, wanita kedua berkata, "biarlah kau bersamanya, aku mengalah"

1 wanita 2 laki-laki

wanita itu tak pernah mengerti, mengapa 2 laki-laki itu mencintainya. kelebihan apa yang mereka lihat atas wanita itu? hampir tidak ada. kalaupun ada mungkin itu hanya sebuah klise sikap yang tidak menampilkan diri sesungguhnya. kata peterpan, mungkin itu hanya topeng. ada yang pernah berkata, "tidak semua yang terlihat seperti yang sesungguhnya". wanita itu juga tak mengerti, mengapa ketika ia memutuskan untuk meletakkan hatinya hanya pada 1 orang, tapi kemudian orang kedua, orang ketiga bahkan orang keempat datang menghampirinya. satu di antaranya, pernah ia harapkan menjadi teman hatinya. tapi mengapa ia datang sewaktu wanita itu telah mengikat hati kepada laki-laki lain? wanita itu tak mengerti. tiada pula dapat dipungkiri hatinya tidak mungkin lagi berpindah pada yang lain. "aku mencintai lelaki ku sekarang. aku akan tetap bersamanya. "

siapa bilang wanita itu lemah? mereka telah membuktikan, ketika laki-laki tidak bisa memutuskan, dengan kelemahlembutan wanita, ia lebih mampu memilih.

Minggu, 24 Februari 2008

Sebuah kisah, Pasir dan Batu

Dua orang pengembara tengah menyusuri padang pasir luas yang membentang. panas, debu menghempas kulit, seakan tak ada batas pandang. semakin lama berjalan, semakin tidak jelas arah kaki melangkah, tenaga yang tersisa kian terkuras, rasa haus menjalar bukan hanya di tenggorokan, tapi ke seluruh tubuh. saat ini, satu tujuan mereka, mendapatkan air segar untuk melepas dahaga. "Amir, lihatlah di sana. ada oase, memang tidak terlalu besar. tapi kurasa itu cukup membuat hilang dahaga ini. dan kita bisa istirahat sebentar di sana." tanpa banyak bicara, mereka pun menuju oase itu. mereka pun melangkah penuh semangat, berpeluh keringat tak jadi soal. tapi,,,sudah banyak langkah yang mereka ambil menuju nya, tapi setetes air pun tak mereka temui. mereka semakin lelah, sampai mereka sadari, yang mereka lihat sebelumnya hanyalah fatamorgana. tidak lebih dari bayangan semu. Tiba-tiba Abu mengambil sebatang ranting yang tergeletak di samping nya. kemudian, di atas pasir ia menulis, "Aku sedih, ternyata itu bukan oase, hanya fatamorgana." perjalanan mereka lanjutkan. menyusuri luasnya padang pasir, panasnya seperti membakar tubuh, anginnya seakan menampar kulit. tubuh mereka semakin lemah. sampai pada satu tempat, di kejauhan mereka melihat oase yang lain. Abu berkata, "Amir, lihatlah di sana ada oase. kali ini aku yakin, itu bukan fatamorgana", dengan lemah Amir berkata, "aku sangat lelah, aku khawatir itu hanya akan membuat kita semakin lemah, dan hanya akan mempercepat kematian kita". namun tekad Amir tak pernah pupus sedikit pun, "life must go on, jangan biarkan kita mati selama bisa bertahan hidup". begitulah jawaban Amir. akhirnya mereka berjalan ke sana, dan ternyata benar. itu bukanlah fatamorgana. dengan semangat mereka meminum air sebanyak isi perut mereka, sampai tenggorokan mereka basah, dan mengambilnya untuk bekal perjalanan nanti. setelah minum, Amir mengambil pisau belatinya, sejurus kemudian menggoreskan tulisan di atas sebuah batu di sampingnya. "Aku bahagia, aku telah menemukan oase dan hausku hilang". seketika itu juga Abu bertanya, "Wahai Amir, mengapa ketika kita menemukan fatamorgana kau menulis di atas pasir, sedangkan ketika kita benar-benar menemukan oase kau menulis di atas batu? Kau membuatku bingung, padahal lebih mudah mengukir di atas pasir". dengan senyum Amir menjawab, "sewaktu kita tak menemukan oase, bahkan hanya fatamorgana, aku menulis di atas pasir. itu berarti ketika aku sedih, kecewa bahkan marah aku hanya ingin merasakannya pada permukaan hatiku. takkan aku simpan selamanya, biarkan ia cepat berlalu secepat berlalunya pasir yang ditiup angin. dan ketika kita menemukan oase, kemudian aku menulis di atas batu, aku ingin semua kebahagiaan dalam hidupku selalu terukir di dasar hati. tak mudah hilang dan tak akan kulupakan. biarkan ia terus ku pendam. agar ku tahu indahnya hidup.


Senin, 25 Februari 2008

15.35 WIB

Buku Kenangan

Cerita ini kutulis kembali setelah seseorang membacakannya dari salah satu bukunya, dia bilang tidak akan membuang buku itu. aku rasa bukan buku yang terlalu spesial untuknya. hanya buku kuliah, sewaktu kami sama-sama kuliah. beberapa waktu yang lalu dia menghubungiku. lama berbincang, dia berkata memiliki tulisan yang pernah aku goreskan untuk nya di halaman belakang buku itu. jujur, saat itu aku benar-benar lupa. aku menuliskan sesuatu di halaman bukunya? masa sih? aku pun memintanya untuk membacakan kembali apa yang ia sebut tulisanku. ternyata bukan hanya sekadar tulisan kesan pesan atau pun motto hidup. itu adalah sebuah cerita, yang bahkan pada pertengahan tulisan itu aku masih tetap lupa akhir dari ceritanya. terlebih lagi aku lupa kapan aku menuliskannya. setelah ku ingat-ingat kembali (walaupun tak sepenuhnya ingat, dan yang lainnya menerka2). mungkin, aku menuliskannya ketika berlangsung jam belajar, mungkin saat itu aku duduk di bagian belakang kelas. biasanya karena dosen yang mengajar kurang mengasyikan, atau karena aku datang telat dan tidak kebagian kursi yang lebih di depan. yang jelas aku tulis di ruang kuliah K. 110. ternyata, cerita itu cukup menginspirasi ku. tapi sayang, aku telah lama melupakannya. alhamdulillah, teman ku itu membacakannya kembali padaku. sehingga akan selalu ku ingat di hati. terima kasih teman....cerita nya lebih baik ku tulis di halaman blog berikutnya, agar tak terlalu panjang. gimana? jika tertarik, coba baca "Sebuah kisah, Pasir dan Batu"