Kepemimpinan si Gadis Kecil
Kemarin, 5 November 2008 sepulang dari kantor, seperti biasa aku naik mikrolet menuju rumah tercinta, Kebon Jeruk. sampai di pasar Palmerah, dua ibu naik beserta 1 gadis kecilnya, kira-kira berusia 8 tahun.
di dalam mikrolet, suasana menjadi ramai, dua ibu tadi berbicara keras, marah-marah. mereka masing-masing mengeluarkan segala unek-unek mereka. dari pembicaraan yang aku dengar. pasalnya kekesalan mereka bermula ketika turun dari kereta api. salah seorang dari mereka yang dipanggil mami menyerahkan tiketnya kepada seorang penumpang.
"Gue kasihan sama tuh orang, kereta udah mau jalan tapi dia belum sempat beli tiket, ya gue kasih aja tiket gue." dia menjelaskan. si gadis kecil berambut panjang kemerahan meletakkan telapak tangan kanannya ke dada si mami. "sabar mi, sabar ya" tangannya tetap menepuk-nepuk halus dada si mami.
"lagi pula, waktu gue sodorin tiket gue di kereta, petugasnya malah gak ambil. ya udah gue pikir gak perlu pake dikasih ke petugasnya lagi. eh...pas turun dari kereta tiket gue diminta, gue bilang, gue udah kasih ke orang lain. lagian waktu gue sodorin tuh petugas gak mau." tambahnya
"gue diseret-seret kaya maling, emang gue penjahat apa?" tambahnya makin emosi. si gadis kecil kembali menepuk-nepuk lengan si mami dan berbisik "sabar mi, udah sabar..."
"iya, kan gue udah bilang, "pak dia gak tahu caranya naik kereta ekonomi, biasanya naik kereta jauh. akhirnya tuh bapak agak ngerti juga. tapi tetap harus bayar tiga kali lipat kan?" si mama menimpali
" yah lumayan lah, dari pada 10 kali lipat" si mama menimpali lagi
"kesel gue, mungkin karena dia lihat gue orang china kali. biar pun china, tapi suami gue kerja di pemda!" gadis kecil kembali menepuk-nepuk halus dada si mami. sembari berkata "sudah mam, sabar...sabar..." si mami tidak memperhatikan gadis kecilnya.
seketika suasana kembali henig, mungkin karena lelah berkoar-koar di mikrolet. aku perkirakan, semua penumpang pasti mendengarkan cerita mereka. meskipun pura-pura acuh.
si Gadis kecil melongokkan kepalanya lewat jendela, pandangannya kosong melihat-lihat sekitar jalan. sambil mengedepankan telapak tangannya seperti hendak menyetop mobil, tiba-tiba dia berkata, "mama, udah ya mama jangan ngomong lagi. sekarang mami sudah tenang"
Yang ingin saya sampaikan di sini, bukan konflik yang terjadi di mikrolet. tapi, yang menarik perhatian saya adalah sikap si gadis kecil untuk menenangkan situasi. usianya baru sekitar 8 atau 9 tahun. gayanya pun masih seperti anak kecil. tapi, di balik raganya yang masih kecil itu, dia memiliki jiwa kepemimpinan.
jiwa kepemimpinan bisa didapat dari banyak faktor. bisa dari genetik, lingkungan, ataupun dengan belajar. saya sangka, jiwa kepemimpinan yang dia miliki berasal dari faktor genetik. bagaimana cara dia menenangkan situasi, cari dia yang bicara halus ketika menasihati maminya, dan juga cara bicaranya yang tegas ketika memperingatkan seseorang. dan yang tak kalah menariknya ialah bagaimana ia mampu secara efektif menggunakan bahasa tubuhnya, gerakan tangannya, tatapan mata yang lembut ketika menasihati, tatapan mata yang tajam ketika memperingatkan orang lain, bagiku itu sangat menarik. aku jadi membayangkan bagaimana kiranya si gadis kecil itu 20 tahun yang akan datang. mungkin saat itu dia telah memimpin satu departemen tempat dia bekerja, atau menjadi bos dari usaha yang ia geluti.
semoga saja orang-orang di sekitarnya, khususnya orang tua, sadar dan mengetahui kelebihan yang dimiliki si gadis kecil itu. untuk kemudian mampu mengarahkan bakat tersebut agar berkembang dan bermanfaat untuk lingkungannya. tentunya, bukan hanya bakat kepemimpinan yang dikembangkan, tapi juga kompetensi-kompetensi yang lain. dan yang tidak kalah penting, akhlaq, yang harus dibina sedari kecil.
7 November 2008
12.10 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar