Puisi
Bagaikan langit tak berbintang
Bagaikan rumah tak bertiang
Itulah gambaran hati
Jadikan hidupku berarti
Berikan kekuatan padaku
Karena petunjuk-Mu
menuangkan pikiran ke dalam sebuah tulisan, mencurahkan perasaan lewat rangkaian kata demi kata, semoga semua mampu memberi makna....
Diposting oleh kurnia sari di 21.35 0 komentar
Ternyata...kita akan lebih empati dan bijaksana menilai maupun bersikap terhadap sesuatu hal, jika kita telah merasakan ataupun mengalami apa yang orang lain rasakan. maka...janganlah terburu-buru menilai seseorang hanya dari satu sisi, yaitu dari sisi diri kita sendiri. karena hal itu hanya akan menunjukan betapa egoisnya diri sendiri. belajar menjadi bijaksana dimulai dari empati, empati dimulai dari simpati, dan simpati dimulai dari pengenalan diri kita terhadap orang lain, dan mengenal orang dengan baik dimulai dari pengenalan kita terhadap diri kita sendiri...Kenalilah dirimu!
(18 Juli 2007-17.03WIB)
Diposting oleh kurnia sari di 02.58 1 komentar
waktu menunjukan pukul 16.35 waktu jam dinding di kantor. aku masih enggan melangkahkan kaki dan beranjak pulang. setelah bergelut dengan beberapa pekerjaan, aku masih asyik saja di depan komputer ini. entah apa yang aku tunggu aku tidak tahu....
(12 Juli 2007-16.35)
Diposting oleh kurnia sari di 22.49 0 komentar
semua sibuk! semua berjalan seakan begitu cepat, ada yang mampu mengikuti ritme kehidupannya, tapi banyak pula yang terseok-seok tak berdaya. hanya mengeluh, sambil menggerutukan keadaan, menyalahkan kondisi. tapi seakan paradoks kehidupan, aku berjalan biasa saja. hanya memperhatikan sekitar, melihat dan berusaha menilai. walaupun ku tahu, penilaianku tak pantas untuk dijadikan pegangan. aku seperti berhenti di suatu tempat, merasakan nyanyian dengan irama super cepat. biarlah mereka dengan kehidupannya, dan aku dengan kehidupanku, kujalani apa adanya...dengan semangat dan menggapai impian-impianku.
(17 Juli 2007)
Diposting oleh kurnia sari di 22.47 0 komentar
Aku ingin terbang....
aku ingin terbang
melintasi jagat raya
melepas segala gundah gelisah
biarkan hilang bersama angin senja
aku ingin terbang
melewati pegunungan hijau nan indah
Diposting oleh kurnia sari di 23.43 0 komentar
Pernahkah kita membayangkan bagaimana kehidupan kita 10, 20, atau 30 tahun yang akan datang? jika pernah, mungkin di dalam bayangan itu akan tergambar kehidupan kita yang bahagia, telah berkeluarga, memiliki banyak anak, atau bahkan cucu, memiliki pengahasilan yang besar, kekayaan yang cukup, kekuasaan, popularitas. atau mungkin justru kebalikannya, kita membayangkan saat itu kehidupan yang buruk, keluarga yang berantakan, miskin, dililit hutang, tiada teman, dan berbagai hal yang tidak kita sukai. apapun bayangan yang muncul di benak anda, bukanlah inti dari ini semua. yang terpenting adalah MAMPUKAH KITA MEMBAYANGKANNYA? berapa banyak orang Indonesia yang tidak mampu untuk sekadar berimajinasi tentang masa depannya kelak? padahal berimajinasi itu GRATIS. Tapi sungguh, banyak orang yang tidak mampu melakukannya. mereka merasa takut dan malu untuk membayangkan masa depan mereka sendiri! apa salahnya? apa ruginya? padahal orang-orang besar dan sukses dalam hidupnya, mereka selalu memiliki impian-impian yang besar pula, sehingga muncullah ide dan pemikiran yang besar pula, dari situ lahirlah motivasi dan tindakan besar yang mampu mengubah kehidupannya dan meraih masa depan seperti yang pernah ia bayangkan sebelumnya. yang terpenting adalah impian yang kita bangun merupakan sesuatu yang menjadikan kita selalu lebih baik.
Diposting oleh kurnia sari di 19.37 1 komentar
Diposting oleh kurnia sari di 02.30 1 komentar
Suatu ketika, pulang dari kantor.... Mikrolet itu melaju dengan cukup kencang, matahari mulai terbenam, senja perlahan-lahan menyusup di tengah kebisingan kota Jakarta ini. Tiba-tiba, mikrolet berhenti. sementara itu terdengar sedikit dialog antara penumpang yang hendak turun dengan sang supir. " udah pak gak usah dibayar" sambil melempar 2 lembar seribuan rupiah. lantas sang penumpang berkata, " terima kasih pak, tapi terima saja uang ini, saya kan penumpang", begitulah kira-kira yang dia katakan. sejurus kemudian, turunlah penumpang itu dari mikrolet. ada yang aneh, ukuran tubuhnya tidak seperti orang kebanyakan. tepatnya hanya setengah tinggi orang pada umumnya. tapi,,,,jika dilihat lebih dekat lagi....ternyata dia memang tidak memiliki kedua kaki! Subhanallah,,,,betapa hati ini terharu melihat kejadian itu. maksud sang supir menolak ongkos penumpang itu dikarenakan rasa iba terhadap keterbatasannya. tapi, tidak disangka, penumpang malah menolak rasa iba yang diberikan orang lain. dia merasa sama seperti orang lain, mempunyai kewajiban untuk membayar ongkos. maka, kita pun wajib menganggapnya sama, sebagai manusia dengan segala hak dan kewajibannya. dia tidak mau hidup atas belas kasihan orang lain. karena DIA MEMILIKI HARGA DIRI. Seharusnya, malulah kita jika hidup di atas belas kasih orang lain. apalagi berlindung di belakang "ke-husnuzhon-an" orang lain. hiduplah sepenuhnya! sungguh, sikap kita menunjukan seberapa besar harga diri yang kita miliki!
Diposting oleh kurnia sari di 23.45 0 komentar
pertemuan kembali
seperti biasa, 30 Mei 2007 aku pulang dari kantor sekitar pukul setengah lima lewat sepuluh menit. seperti biasa pula, aku naik patas 6 ke arah slipi. seperti biasa pula, sesampainya di slipi aku naik mikrolet yang akan mengantarkanku ke rumah idamanku.tapi tiba-tiba.... ada yang tidak biasa ketika seseorang turun dari angkot itu. aku yang duduk di depan (maklum kepalaku suka pusing, klo aku duduk di bagian belakang), terperangah kaget sekaligus bahagia yang tak terkira. karena, orang yang turun dari angkot itu adalah salah satu sahabat tercintaku.
Tri Mulyasari...dia kukenal sewaktu SMA. mulai dari kelas 1, 2 dan 3, kami sekelas. melihat sosoknya, aku menyungging senyum. sekarang dia lebih gemuk. "lebih berisi", dengan itu matanya yang besar terlihat jadi semakin berbinar, wajahnya juga jadi terlihat lebih bulat. tapi, tentu saja dia lebih cantik dibanding 7 tahun yang lalu...
sikapnya tidak berubah, masih saja lucu. selera humornya selalu menghiasi obrolan-obrolan kami. masih saja terlihat, bahwa dia seorang yang sabar. aku banyak belajar padanya, bagaimana caranya bersabar dan berbagi...sungguh, aku bangga memiliki sahabat sepertinya.
sebenarnya, jarak rumahku dengannya tidak terlalu jauh. tapi dikarenakan waktu itu dia bekerja "shift-shiftan" dan kost pula, akhirnya sulit bagi kami untuk bertemu. tapi subhanallah, Dia mempertemukan kami kembali.
hari itu, kami bercerita segala hal yang selama ini tak tersampaikan. mulai dari sebelum maghrib sampai pukul 9 malam lebih, kami masih asyik ngobrol. mulai dari menanyakan teman2 SMA, ada yang sudah menikah, ada yang sukses di karir, membicarakan "dia" yang ada di hatinya, banyak hal yang kami ceritakan. sampai akhirnya handphone ku berdering. adikku memintaku untuk segera pulang karena sudah malam. tak terasa memang waktu yang kami lewati.
akhirnya, aku pulang dengan sebuah perasaan bahagia di hati. semoga pertemuan kami ini, tidak akan pernah terputus. selalu terjaga oleh cinta, cinta karena Allah semata.
Diposting oleh kurnia sari di 00.21 0 komentar
Diposting oleh kurnia sari di 00.18 0 komentar